Akhir-akhir ini ada banyak sekali kejadian viral yang terjadi di tengah masyarakat kita yang menyita perhatian khalayak ramai. Kejadian tersebut menjadi viral karena dianggap sebuah kejadian yang tak biasa terjadi di tengah masyarakat dan dengan cepat menyebar dengan sangat luas. Lalu kejadian viral terbaru apa saja yang terjadi yang cukup menarik perhatian masyarakat kita?
Kejadian Viral di Tahun 2024 yang Sita Perhatian Masyarakat Luas
Media sosial memiliki peranan penting yang mendukung tersebarnya sebuah kejadian dengan sangat cepat ke seluruh penjuru dunia. Hingga kemudian dikenal istilah “viral”, sebutan untuk sebuah kejadian yang beritanya menyebar dengan cepat melalui media sosial. Ada beberapa kejadian viral yang tercatat menyita perhatian berbagai kalangan masyarakat :
90+6=99
Sebuah unggahan yang viral di media sosial, khususnya di kalangan pecinta olahraga sepak bola di Indonesia. Unggahan tersebut menjadi viral karena dilakukan usai pertandingan Timnas Indonesia melawan Bahrain untuk menyindir keputusan wasit dalam pertandingan tersebut.
Diketahui wasit yang bertugas dalam pertandingan tersebut merupakan wasit berkewarganegaraan Oman yang bernama Ahmed Al-Kaf. Saat itu, wasit memberikan tambahan waktu yang seharusnya hanya enam menit namun pertandingan sepak bola baru berakhir pada menit yang ke-99. Pada saat itu Bahrain menggunakan momen tersebut untuk mencetak gol untuk menyamakan kedudukan terutama pada menit ke-99 melalui Mohamed Marhoon.
Keputusan dari wasit itulah yang kemudian memunculkan protes keras dari pihak Timnas Indonesia. Tak butuh waktu lama unggahan gambar dengan angka 90 dan 6 yang jika dijumlahkan menghasilkan angka 99, diiringi dengan caption “Quick Maths” pun viral menjadi sindiran tajam untuk perhitungan waktu yang dilakukan wasit Bahrain.
Hal tersebut berlanjut hingga pertandingan antara Timnas Indonesia U-17 yang menang atas Kuwait pada Kualifikasi Piala Asia U-17 2025 yang diselenggarakan di Stadion Abdullah AlKhalifa Alsabah Mishref. Banyak sekali netizen yang memposting unggahan bertuliskan ‘90+8=100’ di berbagai platform media sosial.
Unggahan tersebut kemudian menjadi viral, karena mayoritas netizen merasa khawatir jika kemenangan Timnas Indonesia yang sudah di depan mata kembali gagal karena ulah wasit seperti yang dilakukan wasit Bahrain yaitu Ahmed Al-Kaf.
Insiden tersebut sangat viral di media sosial dan banyak netizen dari berbagai kalangan yang memberikan kritik dan sindiran tajam pada wasit Ahmed Al-Kaf. Sehingga insiden tersebut kemudian disebut sebagai salah satu contoh buruk dari kinerja wasit yang terjadi dalam sebuah pertandingan berskala internasional.
Baca juga : Dampak Heboh Kejadian Viral di Media Sosial
No Viral No Justice
Ternyata bukan hanya profesi wasit sepak bola saja yang mendapatkan kritikan dari netizen, namun profesi aparat penegak hukum juga mendapatkan hal yang sama. Baru-baru ini mulai viral di media sosial untuk istilah “No Viral No Justice” yang memiliki arti “Tanpa Viral, Tanpa Keadilan”.
Istilah tersebut merupakan gambaran atas kekecewaan publik pada kinerja aparat penegak hukum yang dinilai hanya memberikan aksinya dengan cepat hanya jika kasus tersebut sudah menjadi viral di media sosial.
Memang ada banyak peristiwa hukum yang kemudian terkesan lebih responsif ketika sudah viral di dunia maya. Seperti yang dialami oleh seorang aktor yang bernama Lachlan Gibson yang menceritakan pengalaman buruknya ketika memberikan laporan kecelakaan lalu lintas yang membuatnya mendapatkan cedera serius.
Sebelum ceritanya viral, Lachlan mendapatkan banyak kendala untuk melaporkan ketidakadilan yang diterimanya. Namun setelah ceritanya viral melalui video yang dibuatnya, pihak kepolisian baru memberikan sikapnya untuk menindaklanjuti laporan kecelakaan yang dialaminya dan langsung memberikan tindakan pada sikap arogansi anggotanya ketika sedang bertugas di jalan raya.
Kasus Lachlan dan kasus hukum lainnya yang hanya mendapatkan respon cepat dari pihak aparat hukum pun memberikan kesan bahwa kinerja mereka seakan hanya tergantung pada sorotan atau popularitas di tengah publik.
Seharusnya hal tersebut menjadi sarana evaluasi untuk kualitas kinerja seluruh layanan kepolisian. Sehingga mereka bisa tetap dipercaya untuk memberikan perlindungan dan pengayom untuk masyarakat.
Aksi seorang ibu suap hakim untuk bebaskan anaknya dari penjara
Nama Ronald Tannur dan Meirizka Widjaja langsung menjadi populer sejak kasus mereka viral di media sosial. Ronald Tannur yang sebelumnya sudah viral karena video aksi penyiksaan hingga tewas yang dilakukannya pada sang kekasih yaitu Dini Sera Afriyanti tiba-tiba divonis bebas oleh hakim meski bukti kasus dan rekonstruksi kejadian dikawal masyarakat luas.
Namun setelah itu kemudian terbuka adanya fakta suap yang dilakukan oleh ibu kandung Ronald Tannur yang bersekongkol dengan sang pengacara yaitu Lisa Rahmat untuk memberikan suap pada hakim PN Surabaya untuk memberikan vonis bebas pada anaknya.
Hal tersebut juga kemudian turut menyeret sang ibu yang berinisial MW menjadi tersangka dan terancam hukuman penjara. Sang ibu yang memberikan suap hingga nominal 3,5 milyar tersebut sempat menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Direktorat Penyidikan Jampidsus di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Surabaya. Hingga kemudian MW ditetapkan sebagai tersangka karena sudah melanggar pasal tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kasus keracunan Latiao, jajanan asal Tiongkok
Jajanan viral Latiao sebelumnya sempat populer dan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan usia. Jenis makanan ringan yang berasal dari negara Tiongkok ini menjadi viral setelah direview oleh beberapa influencer di media sosial mereka. Cita rasanya yang cenderung gurih dengan rasa pedas menjadikan banyak orang pun menyukainya hingga ketagihan.
Namun di tengah larisnya Latiao di pasaran, kemudian muncul kasus keracunan jajanan Latiao yang terjadi pada beberapa siswa tingkat Sekolah Dasar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kejadian tersebut hingga ditetapkan oleh BPOM menjadi Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLBKP) karena dampak serius yang dimunculkan pada kesehatan konsumennya (khususnya anak-anak) dan terjadi di 7 wilayah yang tersebar di Indonesia.
Hal tersebut kemudian membuat pihak BPOM segera mengambil tindakan untuk menyelidiki kasus secara mendalam dan mengambil tindakan tegas untuk mencegah peristiwa terulang. Selanjutnya dalam temuan BPOM diperoleh adanya sejumlah bakteri berbahaya dan sejumlah pelanggaran yang terjadi ketika dilakukannya proses distribusi sehingga menjadikan jajanan tersebut dilarang diperjualbelikan di Indonesia.
Latiao sendiri merupakan jenis makanan ringan yang terbuat dari bahan tepung kacang kedelai panggang, minyak cabai hingga tepung gandum. Bahan tersebut kemudian diolah hingga berbentuk menyerupai stik dengan warna merah bercita rasa pedas yang terasa sangat khas. Perpaduan rasa gurih dan pedas menjadikannya jajanan yang disukai berbagai kalangan konsumen.
Kasus keracunan jajanan Latiao ternyata terjadi karena jajanan tersebut sudah tercemari bakteri Bacillus Cereus, yaitu sebuah bakteri yang bisa membuat orang yang mengkonsumsi jajanan yang tercemar alami gejala keracunan.
Adapun gejala yang dialami beberapa siswa SD di 7 wilayah Indonesia meliputi gejala pusing, mual, muntah yang kemudian semakin parah hingga harus dilarikan segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
Diketahui bakteri Bacillus Cereus merupakan jenis bakteri yang sering didapati pada jenis makanan yang tak disimpan atau diproses pengolahannya dengan benar. Bakteri tersebut bisa menghasilkan jenis racun yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan, bahkan hanya dalam beberapa jam setelah mengkonsumsinya.
Pihak BPOM kemudian mengambil langkah tegas dengan cepat yaitu dengan menghentikan penjualan produk Latiao di Indonesia, menariknya dari peredaran dan melakukan penghapusan produk dari penjualan online sehingga kasus tidak terjadi lagi.
Baca juga : Simak Fakta Baru yang Mengejutkan Banyak Orang
Kasus paracetamol yang sebabkan gagal ginjal akut pada anak
Semua orang tahu bahwa obat Paracetamol merupakan salah satu jenis obat yang aman untuk dikonsumsi kalangan anak-anak. Paracetamol yang berfungsi untuk membantu redakan demam dan rasa nyeri untuk semua usia yang tersedia dalam berbagai bentuk. Untuk jenis obat anak, paracetamol terkadang dimasukkan ke dalam obat batuk dan flu karena terkadang gejala penyakit tersebut juga menyertakan gejala demam di dalamnya.
Paracetamol masih menjadi jenis obat yang bisa diberikan pada anak, bahkan meski tanpa resep sekalipun. Hingga kemarin Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan laporan tentang sekitar 206 kasus gangguan ginjal akut yang terjadi secara misterius pada anak-anak yang tersebar di 20 provinsi Indonesia pada bulan Oktober tahun 2022 yang lalu.
Kasus tersebut kemudian semakin viral setelah beredar isu yang tersebar luas melalui media sosial yang memberitahukan bahwa terdapat sirup Paracetamol berbahaya yang mengandung virus “Machupo”. Virus tersebut dianggap menjadi salah satu virus yang paling berbahaya dan bisa menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi sehingga masyarakat diharapkan waspada untuk tidak mengkonsumsi jenis obat Paracetamol sirup.
Isu tersebut memang sudah diklarifikasi oleh pihak BPOM yang menjelaskan bahwa pihaknya hingga saat ini belum menerima adanya laporan atau temuan yang mendukung adanya klaim didapatinya virus Machupo pada sirup Paracetamol atau jenis produk lainnya.
Kementerian Kesehatan juga memberikan tindakan cepat atas terjadinya kasus Paracetamol tersebut dengan berupaya memberikan edukasi dan edaran secara menyeluruh. Ada beberapa himbauan yang diberikan diantaranya adalah :
- Diharapkan apoteker atau tenaga kesehatan bisa merekomendasikan jenis obat untuk anak yang sakit dalam sediaan selain sirup. Hal tersebut dikarenakan Paracetamol umumnya memiliki masalah pada zat pelarut yang digunakan sehingga bentuk sediaan obat lainnya bisa menjadi alternatif untuk penanganan pasien dengan cepat dan tepat.
- Masyarakat diharapkan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter dan apoteker terkait panduan pemberian obat pada kalangan anak-anak
- Seluruh tenaga kesehatan diharapkan bisa memberikan edukasi yang bermanfaat terkait apa saja yang perlu diketahui tentang gejala gagal ginjal akut pada anak, hindari memberikan obat pada anak dengan bentuk sirup dan usahakan untuk menangani gejala sakit pada anak dengan cara tradisional.
Itulah beberapa ulasan singkat tentang kejadian viral yang terjadi di sekitar kita dan cukup menyita perhatian masyarakat berbagai kalangan. Beragam bentuk kejadian yang viral tersebut sebenarnya sudah terjadi dari sejak dulu kala, hanya saja karena saat ini sudah ada media sosial sehingga menjadikan beritanya pun dengan cepat menyebar luas.
Hal tersebut pun juga menyebabkan kepanikan tersendiri di tengah masyarakat sehingga semakin meningkatkan kewaspadaan mereka pada segala sesuatu yang terkait dengan kasus yang terjadi.
Terlepas dari hal tersebut, sangat penting untuk menerapkan pola hidup sehat dan tetap menerapkan adanya protokol kesehatan kapanpun dan dimanapun berada. Sehingga hal tersebut bisa secara efektif mencegah terpapar virus yang menyebabkan suatu penyakit sehingga kita pun tak perlu mengkonsumsi obat.